Masyarakat
suku Sasak di Pulau Lombok, dalam kehidupan sehari – hari selain dikenal
sebagai masyarakat yang agamis, juga dikenal memegang teguh adat istiadat.
Seperti proses kelahiran seorang anak di Pulau Lombok, biasanya juga akan
disertai dengan berbagai macam tradisi, salah satunya adalah Nyunatang, atau
khitanan.
Menurut salah seorang pengamat
budaya, yang sekaligus Kepala Desa Tanjung, Lombok Utara, Datu Tashadi Putra,
tradisi Nyunatang sendiri selain merupakan acara adat, juga termasuk sebagai
acara keagamaan. Karena Suku Sasak di Lombok mayoritas beragama Islam,
dimana dalam ajarannya diwajibkan bagi seorang anak laki – laki agar di khitan,
atau di sunat.
“Biasanya tradisi Nyunatang ini juga
kerap dilakukan masyarakat ketika bulan Maulid Nabi Muhammad SAW,” tutur
Tashadi.
Proses Nyunatang lanjutnya, biasa
dilakukan ketika anak laki – laki sudah berumur antara 5 hingga 7 tahun. Dan
sebelum Nyunatang, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni pihak
keluarga terlebih dahulu akan melakukan Begawe (pesta), yang didalamnya ada
acara Bisuq Beras, atau mencuci beras di mata air dengan diiringi alunan musik
tradisional Gendang Beleq, maupun Gamelan.
“Keesokan hari sebelum di sunat, untuk menyenangkan anak yang akan di sunat,
maka si anak akan di arak keliling kampung dengan Praja, menaiki patung kuda –
kudaan atau patung singa yang terbuat dari kayu yang di hias, dan diiringi
musik tradisional, serta rombongan pengiring yang semuanya berpakaian adat,”
jelasnya.
Nyunatang sambung Tashadi, biasanya
dilakukan pada hari Kamis, yang merupakan puncak acara dalam peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW. Hal ini sekaligus pengakuan secara simbolis, bahwa anak yang
di sunat itu telah memasuki tahap awal sebagai seorang muslim.
Setelah hari dan tanggal ditetapkan, tahap berikutnya adalah melakukan
Gundem, yakni melakukan musyawarah yang dihadiri oleh seluruh anggota
keluarga, sekaligus sebagai pemberitahuan akan mengkhitan anakya.
Selanjutnya baru dilakukan persiapan
dan mengumpulkan berbagai perlengkapan untuk acara, seperti mengumpulkan kayu
bakar untuk memasak, beras, kelapa, kambing, atau bahkan sapi dan kerbau bagi
warga yang kaya. Semua persiapan ini dilakukan secara gotong royong.
Tiga hari sebelum di sunat, sang anak
yang akan di khitan biasanya dibawa oleh orang tuanya untuk berziarah ke makam
leluhurnya. “Tradisi ini disebut dengan ritual ngaji makam. Tujuannya adalah
untuk memohon doa keselamatan kepada arwah leluhur mereka, agar anak yang akan
di khitan nanti diberikan keselamatan,” tarang Tashadi.
Tahapan berikutnya, yakni ritual berendam di sungai, yang dilakukan mulai
jam 04.00 Wita sampai jam 07.00 Wita. Dan sebelum meninggalkan tempat tersebut,
terlebih dahulu sang anak mengambil air doa yang dilakukan seperti orang yang
sedang Wudlu sebelum sholat.
Sampai di rumah, oleh keluarganya,
anak yang akan di khitan ini diberikn pakaian yang semua serba baru, mulai dari
Sapuq (ikat kepala), Dodot (baju), Sabuq (ikat pinggang) dan lainnya. “Setelah
berpakaian rapi, barulah anak yang di khitan dibawa ke Berugak, dan
kemudian diserahkan kepada tukang sunat untuk di khitan,” jelas
Tashadi.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar