Rumah Adat Lombok, rumah adat sasak, Berlibur ke Pulau Lombok, tidak selalu bercerita tentang keindahan pantai
dan pemandangan bawah lautnya yang memanjakan mata. Para pelancong juga bisa
menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan sebenarnya suku Sasak yang
berada di Desa Rambitan, Sade ini. Pelancong bisa menempuh jarak sekitar 25
menit dari Bandara untuk sampai ke Lokasi ini. Disana, pra pengunjung akan
disuguhi dengan keunikan rumah adat
sasak yang sangat unik. Rumah tersebut terbuat dari bahan utama bambu
yang mereka ambil dari hutan atau kebun sekitar mereka.
Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar
bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu
yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah
adat sasak ini memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik
ke bawah jika dilihat dari kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini
terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan untuk bagian lantainya,
rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan campuran batu bata, abu
jerami dan juga getah pohon.
Ada satu kebiasaan suku sasak yang mungkin terdengar
di luar nalar, yakni melumuri lantai rumah dengan kotoran. Biasanya kotoran
yang digunakan berasal dari ternak mereka, baik kerbau maupun sapi yang sudah
dibakar dan dihaluskan. Mereka melakukan kebiasaan ini karena ingin menjaga
permukaan lantai supaya tidak mudah retak dan lembab. Bahkan dipercaya,
melumuri lantai dengan kotoran dapat menjadi pengusir nyamuk paling alami.
Dalam adat masyarakat lombok, rumah adat sasak ini
memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat
privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara
jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila
kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat
menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap
ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk
tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan
jenazah sebelum dikebumikan.
Description
: Rumah adat sasak merupakan rumah adat orang
Lombok dimana memiliki arsitektur bangunan yang unik berbahan dasar bambu dan
menggunakan atap dari jerami.
A.
BALE
TANI
Bale Tani adalah bangunan rumah yang ditempati sebagai rumah…. tinggal oleh
masyarakat komunitas Sasak dilingkungan kebanyakan terutama sekali yang
berpencaharian sebagai petani, bangunan ini adalah satu buah rumah
yangberlantaikan tanah dengan tata ruangnya terdiri dari satu ruang untuk
serambi (Sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale), pada umumnya bale
tani ini kamar (dalem bale) yang ada pada bangunan tersebut, tidak dipakai
sebagai tempat tidur, melainkan untuk tempat menyimpan barang (harta benda)
yang dimilikinya, kecuali bagi keluarga yang mempunyai anak gadis akan tidur
dikamar (dalem bale), sedangkan tempat tidur bagi yang lain selain gadis adalah
sebagian dari serambi yang ada, untuk keperluan masak memasak (dapur) masyarakat
Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.Sedangkan designe atap rumah
atau bale tani, ini umumnya dengan sistim jurai yang atapnya terbuat dari
alang-alang dimana ujung atap bagian Serambi (sesangkok) sangat rendah sebatas
kening pada ketinggian orang berdiri, hal ini dikandung maksud agar siapapun
yang datang dan hendak duduk diserambi rumah tersebut maka dia akan merunduk,
sikap tunduk ini diartikan saling hormat menghormati dan saling menghargai
antara tamu dengan tuan rumah.Adapun dinding rumah bale tani ini terdiri dari
bedek disekitar kamar dalem bale, sebangkan pada serambi/ sesangkok tidak
menggunakan dinding melainkan terbuka lebar, pondasi bale tani ini terbuat dari
tanah yang artinya, bahwa manusia itu tidak dapat dipisahkan dengan tanah sebab
tanah adalah unsur meterial penciptaan manusia oleh Allah SWT. Antara serambi/sesangkok dengan kamar (dalem
bale) tidak sama, kamar lebih tinggi dari pada serambi, untuk masuk kekamar
(dalem bale) dibuatkan tangga ( undak-undak ) yang biasanya dibuat tiga trap
dengan pintu yang dinamakan lawang kuri, dengan tidak samanya tinggi pondasi
serambi (sesangkok) dengan kamar (dalem bale) tersebut.Hal ini diartikan bahwa
siapapun manusia ciptaan Tuhan tidak akan sama ketaqwaannya, ilmu
pengetahuannya maupun kekayaannya, dengan dibentuknya pondasi seperti ini, maka
diharapkan agar kita semua senantiasa ingat akan segala kekurangan dan
kelebihan itu sebagai rahmat Tuhan. Adapun tinggi pondasi rumah bale
tani ini berkisar yaitu untuk serambi dengan ketingian 70 – 80 Cm. Dari
permukaan tanah sedangkan ketinggian untuk kamarnya sekitar 50 – 60 Cm. Dari
permukaan serambi, sehingga setiap bale tani selalu ada tangga (undak-undak)
yang sama bahan pembuatannya dengan bahan pondasi, dari halaman (leleyah) untuk
masuk ke rumah, juga dibuatkan tangga (undak-undak), pada umumnya lingkungan
bangunan rumah lokasi pemukiman tersebut senantiasa didukung/dilengkapi dengan
sarana penyimpanan hasil pertanian seperti bangunan Sambi, alang dan lumbung
sebagaimana khasnya bangunan gedung di Pulau Lombok masa kini, disamping itu
pula ada bangunan sekepat / berugaq dan sekenam.
B. BALE JAJAR
Bale Jajar adalah merupakan bangunan rumah tinggal bagi masyarkat komunitas
Sasak dikalangan masyarakat… golongan ekonomi menengah keatas,, bentuknya
hampir sama dengan bale tani, sedangkan bedanya Bale Jajar memiliki dua kamar
(dalem bale) dan satu serambi (Sesangkok) diantara dua kamar tersebut terpisah
dengan adanya lorong/koridor dari serambi / sesangkok menuju dapur dibagian
belakang pada dua kamar (dalem bale) tersebut satu kamar lebih kecil dari kamar
yang lain, sedangkan posisi tangga/pintu koridornya terletak pada sepertiga
dari panjang bangunan bale jajar, designe atap sama sengan bentuk bale tani
akan tetapi, pada bale jajar difasilitasi dengan dapur dibelakang yang
sebagiannya untuk kandang ternak peliharaan dan atau tempat menyimpan alat
pertanian yang dimiliki, bale jajar ini hingga sekarang masih kita temui
ditempat – tempat tertentu, misalnya diperkampunganorang-orang bangsawan di
Desa Mantang Kec. Batukliang, Desa Sengkol Kec. Pujut dan Desa Bonjeruk, Desa
Sukarara Kecamatan Jonggat Lombok Tengah.Bale Jajar ini menggunakan bahan
terediri dari tiang kayu, dinding bedek dan atap dari alang-alang, akan tetapi
ada dibeberapa tempat sudah mulai menggunakan genteng tetapi dengan tidak
merubah tata ruang dan ornamennya, bangunan bale jajar ini biasanya berada
dilingkungan pemukiman yang luas dan rata-rata memiliki halaman yang cukup luas
dan umumnya bangunan bale jajar ini ditengarai pula dengan menjulang tingginya
alang / sambi sebagai tempat penyimpanan logistik kebutuhan rumah tangga dan
atau keluarga lainnya.Dibagian depan rumah bale jajar ini bertengger sebuah
bangunan kecil dinamakan berugaq atau sekepat dan dibagian belakang rumah bale
jajar berdiri sebuah bangunan yang dinamakan Sekenam, bangunan sekenam ini
hampir sama seperti berugaq atau sekepat, yang membedakan adalah tiangnya
berjumlah enam.
C. BERUGAQ/SEKEPAT
Berugaq/Sekepat adalah merupakan salah satu bangunan pendukung dalam… tata
ruang bangunan tradisional Sasak, berugaq ini berbentuk segi empat sama sisi
(bujur sangkar) bangunan ini terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai
atapnya dengan tidak menggunakan dinding, berugaq atau sekepat ini biasanya
ditempatkan pada depan samping kiri atau kanan bangunan rumah bale jajar atau
bale tani, berugaq / sekepat ini didirikan setelah dibuat kan pondasi terlebih
dahulu kemudian didirikan tiangnya berjumlah empat diantara tiang yang empat
dibuat lantai dengan ketinggian 40 – 50 Cm. beralaskan papan kayu dan atau
bilah bambu dianyam dengan tali pintal (Peppit), dibagian atasnya ada kayu
ganda sebagai mirplatnya kemudian diatap dengan alang-alang, berugaq / sekepat
ini tidak akan pernah didapati dalam bentuk atap gudangan akan tetapi ciri
khasnya adalah dengan atap jurai.Fungsi dan kegunaan Berugaq / sekepat adalah
sebagai tempat menerima tamu, menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang
boleh masuk kerumah, oleh karena itu dibuatlah berugaq / sekepat ini sebagai
alternatif tempat untuk menerima tamu, disamping itu pula bagi pemilik
rumahyang memiliki gadis, ditempat inilah ia menerima pemuda yang datang
midang, lebih lanjut berugaq / sekepat ini harus dalam bentuk terbuka tidak
memiliki dinding apalagi penyekat karena siapapun berada ditempat itu akan
dapat dilihat dan disaksikan oleh semua orang, disamping itu juga untuk menjaga
agar hal-hal yang negatif tidak akan terjadi, terlebih lagi jika tamu laki-laki
datang disaat tuan rumah sedang tidak ada ditempat, maka diberugaqlah tempat
duduknya.Menurut beberapa Nara Sumber menjelaskan bahwa, tiang Berugaq /
Sekepat yang berjumlah empat tersebut, digambarkan beberapa hal yang sangat
diperhatikan oleh masyarakat komunitas Sasak dimasa lampau yaitu :
1. Kebenaran yang harus diutamakan ;
2. Kepercayaan diri dalam memegang amanah dalam menyampaikan sesuatu
hendaknya berlaku jujur dan polos dan sebagai orang yang beriman hendaknya
pandai / cerdas dalam menyikapi masah (tanggap) , atap yang memayungi
Berugaq/Sekepat tersebut, menggambarkan bahwa Tuhan Maha tahu atas segalanya,
baik yang tersirat maupun yang tersurat apalagi.
D. SEKENAM
Sekenam merupakan sarana pendukung dalam tata ruang pemukiman masyarakat
komunitas… Sasak, designe dan ornamennya hampir sama dengan berugaq / sekepat,
hanya yang membedakan adalah kalau berugaq / sekepat memiliki tiang empat buah
sedangkan sekenam memiliki tiang sebanyak enam buah, bangunan sekenam ini
biasanya dibangun atau diletakkan pada bagian belakang rumah, dan dimanfaatkan
sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tentang Tata Krama, ilmu sosial
lainnya dan dipergunakan pula sebagai tempat pertemuan keluarga secara internal.
E. BALE BONTER
Bale Bonter adalah sebuah bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki oleh para perkanggo/ Pemerintah Desa, Dusun / kampung, bale bonter
ini dipergunakan sebagai temopat pesangkepan / persidangan adat antara lain
sebagai tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat, tempat pembuatan
awig-awig baik Awig-awig Desa maupun Gubug atau kampung/ banjar keluarga.Bale
Bonter ini dapat juga disebut Gedeng Pengukuhan dan tempat menyimpanan
benda-benda bersejaran atau pusaka warisan keluarga, bale Bonter ini berbentuk
segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9 buah dan paling
banyak 18 buah tiang, bangunan ini dikelilingi dengan dinding bedek atau tembok
ditengahnya tidak memiliki sekat, melainkan seperti aula, designe atap tidak
memakai nock / sun, hanya pada puncak atapya itu menggunakan tutup berbentuk
kopyah berwarna hitam.Bale Bonter ini biasanya dibangun ditengah-tengah
pemukiman dan atau dapat pula dibangun di pusat pemerintahan Desa / kampung.
F. BALE BELEQ BENCINGAH
Bale Beleq adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan,…. dimana
bale beleq ini diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan, bale beleq
ini dapat pula disebut “Bencingah” sebab ditempat ini Datu / Raja
menyelenggarakan upacara ceremonial kerajaan seperti :- Pelantikan Pejabat
Kerajaan- Penobatan Putra Mahkota Kerajaan- Kegiatan anjenengan-
Pengukuhan/penobatan para Kiyai Penghulu (Pendita) Kerajaan,, disamping itu
ditempat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan
seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka / dokumen dokumen
KerajaanBale Beleq ( Bencingah) ini tidak dapat dibuka pada sembarang waktu,
melainkan hanya boleh dibuka pada waktu-waktu tertentu sesuai perintah Sang
Raja ( Datu). bentuk Bangunan Bale Beleq (Bencingah) ini pondasi dibuat lima
trap tangga (undak-undak), hal ini disesuaikan dengan keberadaan / status serta
struktur Pemerintahan pada masa itu / eksistensi Kerajaan Selaparang &
Pejanggiq.Bangunan berbentuk segi empat bujur sangkar, disetiap penjurunya
ditambah dengan semacam teras akan tetapi menyatu dengan induk bangunan
tersebut hal ini nejunjukkan bahwa, kecerdasan itu akan nampak manakala
menyampaikan sesuatu yang benar dan yang benar itu wajib dipercaya, prilaku yang
seperti inilah bentuk dari watak dan karaktristik masyarakat komunitas Sasak
yang sebenarnya.
G. BALE TAJUK
B ale
Tajuk ini salah.. satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang
memiliki keluarga besar dan luas, bale tajuk ini berada ditengah lingkungan
keluarga santana, bangunan ini dipergunakan sebagai fasilitas pertemuan
keluarga besar yang ada, disamping itu juga sebagai tempat pelatihan macapat
takepan, Lontar maupun Bell sebagai suatu upaya dalam menambah wawasan tentang
pustaka lama, belajar Tata Krama.Bentuk dan ciri khas bale tajuk, pada umumnya
dengan denah segi lima dengan tiang berjumlah lima buah, ini melambangkan bahwa
masyarakat komunitas Sasak adalah masyarakat yang religius yang menurut
keyakinan mereka, setiap mahluk hidup pasti akan mati, setiap sesuatu yang
lahir maka pasti akan berakhir, pada pondasi bersusun tiga trap menunjukkan
rasa syukur atas nikmat Tuhan, kesabaran jiwa dalam menempuh segala ujian dan
ikhlas dalam pengabdiannya kepada Nusa, Bangsa serta Agama yang dianut.Disamping
bentuk dan designe bangunan rumah adat Sasak seperti tersebut diatas, adapula
jenis bangunan lain seperti Bale “Gunung Rate” dan Bale “Balaq”, Bale Gunung
Rate ini biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal lereng pegunungan,
sedangkan Bale Balaq ini sesuai dengan namanya balaq artinya bencana, maka
untuk menghindari bencana banjir, maka masyarakat dipesisir pantai membangun
rumah Bale Balaq, bangunan iniberbentuk rumah panggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar