A. Kenapa dinamakan sebagai Koiab
Pararaton?
Kitab tersebut dinakmakan sebagai
kitab Pararaton karena kitab tersebut berisi tentang sejarah para raja Singasari dan
Majapahit yang
menguasai Jawa. Dalam bahasa Sanskerta Pararon berarti "kitab raja-raja".
Kitab Pararon ini juga dikenal
dengan nama "Pustaka Raja". Kitab Pararton sendiri agaknya memiliki motif yang
hampir sama dengan kitab-kitab Zaman dahulu seperti Babab Tanah Jawi, yaitu
sebagai alat legitimasi kesuasaan, mengingat di dalam Kitab ini raja
diindikasikan sebagai keturunan dan rengkarnasi dewa-dewa.
Jadi secara singkat kitab itu
dinamakan sebagai kitab Pararon karena didalamnya berisi kisah-kisah penguasa
(raja-jara Jawa) yang secara garis keturunan lahir dari darah Ken Angrok baik
itu raja-raja Singasari maupun raja-raja Majapahit. Tidak diketahui siapa
penulis kitab Pararton ini.
B. Ceritakan kembali isi pararon!
Kitab Pararaton merupakan satu
diantara sekian banyak kitab Jawa Kuna yang tergolong baru. Kitab ini
tampil sebagaia kitab Jawa yang mencritakan tentang asal usul berdirinya
kerajaan Singasari yang dipimpin oleh ken Angrok (Ken Arok). Pararaton
diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Angrok, yaitu tokoh pendiri kerajaan Singhasari yang rela dirinya dijadikan kurban
persembahan (bahasa Sanskerta: yadnya) kepada dewa penjaga pintu neraka, untuk
mendapatkan keselamatan atas kematian. Sebagai balasannya, Ken Angrok mendapat
karunia dilahirkan kembali sebagai raja Singhasari, dan di saat kematiannya
akan masuk ke dalam surga Wisnu.
Janji tersebut
kemudian terlaksana. Ken Angrok dilahirkan
oleh Brahma melalui seorang wanita yang bernama Ken Endok dari dusun Pangkur yang baru saja menikah dengan Gajah Para, namun akhirnya
Gajah para sendiri meninggal. Ibunya meletakkan Ken Angrok di atas sebuah
kuburan ketika baru saja melahirkan; dan tubuh Ken Angrok yang
memancarkan sinar menarik perhatian Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan
lewat. Ki Lembong mengambilnya sebagai anak dan membesarkannya, serta
mengajarkannya seluruh keahliannya. Ken Arok kemudian terlibat dalam perjudian,
perampokan dan pemerkosaan. Dalam naskah disebutkan bahwa Ken Arok
berulang-kali diselamatkan dari kesulitan melalui campur tangan dewata. Disebutkan
suatu kejadian di Gunung Kryar Lejar, dimana para dewa turun berkumpul dan
Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya, dan telah ditetapkan
akan membawa kestabilan dan kekuasaan di Jawa.
Pendahuluan
Pararaton kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai pertemuan Ken Arok dengan
Lohgawe, seorang Brahmana yang datang dari India untuk memastikan agar perintah
Batara Guru dapat terlaksana. Lohgawe kemudian menyarankan agar Ken Arok
menemui Tunggul Ametung, yaitu penguasa Tumapel. Setelah mengabdi berberapa
saat, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya, yaitu Ken
Dedes; sekaligus tahta atas kerajaan Singhasari.
Berdirinya kejaraan Singasari Ini
dipenuhi dengan kisah-kisah tragis yang memakan korban. Berawal dari Tunggul
Amatung yang melarikan ken Dedes , dan dilanjutkan dengan kisah pembunuhan Mpu
Gandring olej Ken Anggrok, yang kemudian berbuah kutukan pada anak-cucu Ken
Angrok bahwa tujuh raja akan mati oleh keris itu.
Setelah membunuh Mpu Gendring, Ken
Angrok yang berambisi merebut ken Dedes terlebih dahulu membunuh Tunggul
Ametung dengan menggunakan keris buatan Mpu Gendring dengan menjadikan Kebo Ijo
sebahai kambing hitam dan berhasil mempersuning Ken Dedes, perempuan cantik
yang ditakdirkan menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa. Siapa yang
berhasil mempersuntingnya, akan mampu menduduki puncak sebuah dinasti yang
berkauasa berabad-abad. Dan Ken Angrok telah melakukannya meskipun ia harus
menerima kutukan Mpu Gendring.
Ken Angrok dapat dikatakan sebagai
pangkal keturunan raja-jara Majapahit. Oleh karena itu sebagian kitab pararaton
juga menceritakan dan memaparkan keadaan karajaan Majapahit, sejak berdirinya
Majapahit oleh Raden Wijaya hingga keruntuhannya.
C.
Konflik
Interen dan konflik eksteren beserta penyebabnya
1.
Konflik
Internal dan penyebabnya
Konflik interen dalam diri toko
terdapat dalam tokoh ken Angrok, konflik batin yang dialaminya ialah saat harus
menghadapi berbagai kenyataan bahwa ia memang harus melakukan kejahatan demi
mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk mencuri, membunuh, merebut istri
orang dan bentuk-bentuk kejahatan lainya. Dalam diri Toko Ken Angrok serat
intrik yang mendapat dukungan dari tokoh-tokoh lain yang berada di
belakangnya.
Tokoh Ken Angrok memang merupakan
tokoh yang dapat dikatan sebagai Antagonis (jahat) dan rela menghalalkan segala
cara untuk memenuhi ambisinya, termasuk mencuri, membunuh Mpu Gendring dan
semua orang yang mengahalangi niatnya (bahkan orang yang tidak berdosa
sekalipun), merebut Ken Dedes, istri Tunggul Ametung dan kejahtan-kejahatna
yang lain. Anmun hati nuraninya masih sedikit berfungsi, hal ini dibuktikan
dengan perlakuan Ken Angrok kepada mereka, siapapun yang membantu dan menaruh
belas kasihan kepadanya dulu, saat ia sedang menderita, semua dipanggil dan
diberi perlindungan serta diberi balasan atas jasanya. Misalnya kepada Bango
Samparan dan anak-anak pandai besi Mpu Gandring di Lulumbang, yang diberi hak
istimewa dan dibebbaskan dari kewajiban di dalam lingkungan batas jejak bajak
beliungcangkulnya. Adapun anak Kebo Ijo disamakan haknya dengan anak-anak Mpu
Gendring.
2. Konflik Eksternal dan Penyebabnya
Konflik Eksternal yang terdapat
dalam Kitab Pararaton juga tidak terlepas dari masalah sosial dan perebutan
kekuasaan. Di dalamnya begitu serat dengan intrik untuk memenuhi keinginan dan
ambisi hingga segala carapun dilakukan, termasuk uasaha saling bunuh membunuh
antar saudara. Namun bukan hanya sekadar itu, konflik sosial yang terjadi juga
mengandung gagasan tentang bagaimana kekuasaan direbut, dikelola, dan
dipertahankan. Bahkan lebih dari itu, Pararton memuat nilai-nilai kebenaran
klasik mengenai perbuatan manusia dan segala akibat yang ditimbulkanya. Inti
konflik eksteral dalam kitab ini adalah perebutan kekuasaan bahkan juga perang
saudara yang saling bunih membunuh.
D. Amanat apa yang terdapat dalam Kitab
Pararton
Amanah serta pesan yang dapat diamil
dari Kitab Pararon ialah bahwa dalam hidup, karma, dan pembalasan atas
setiap perbuatan yang telah dilakukan pasti akan selalu ada, bahkan dalam
konsep filosofi Jawa mengatakan “Sapa nandur bakal ngundhuh” Siapa yang
menanam ia kan menuai, entah itu kebaikan maupun keburukan. Konsep Karmapala
hingga saat ini masih teguh dipercayai oleh orang Jawa. Memang balasan tersebut
tidak langsung diterima oleh orang yang bersangkutan, namun bisa saja dialami
oleh anak cucu meraka.
Pandangan hidup orang Jawa tersebut,
tetap diperankan dalam kerangka kayakinan religius, yakni percaya pada keadilan
Tuhan. Sikap itu diterima dengan keyakinan “Gusti ora sare” Tuhan tidak
tidur yang berarti tetap melihat tingkah laku manusia sehingga kenbenaran dan
kebaikan seseorang tetap dalam pantauan dan perhitungan Tuhan. Oleh sebab itu
dalam hal tendensius orang Jawa tetap memiliki pandangan jujur mujur .
bahkan orang Jawa menyadari bahwa kebaikan dan kejahatan akan mendapatkan
balasan yang seimbang sesuai dengan keyakinan kumalat atau karma. Dengan
demikian, seharusnya orang tetap berprilaku sesuai dengan norma-norma sosial
dan religius yang dikendalikan dengan eling waspada agar menjadi manusia
utama yang berbudi luhur.
Namun lebih dari itu, bahwa
segala alam beserta isinya terjadi karena pengusahaan dan pengorbanan.
Tidak ada yang instan diperoleh. Sama halnya Ken Angrok yang berambisi
memperoleh kekuasaan namun juga harus menerima ganjarannya. Semua usaha
memerlukan pengorbanan dan itu adalah kunci utama. Seperti halnya kalimat “jer
basuki mawa beya” (Semua keberhasilan membutuhkan pengorbanan) sama halnya
dengan kehidupan dan kebahagiaan yang butuh kerja keras. “manungsa dhemen
enak lan kepenak, nanging kudu nukoni kangelan dhisik. Semangat jer
basuki mawa beya inlah yang akan meningkatkan keikhlasan berkorban dengan
biaya, darah, dan air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar