Sembalun yang damai Hijau
yang asri menyegarkan mata setelah jauh meninggalkan kota dengan pemandangan
se,akan tiada mebosankan, Untuk
mencapai desa di kaki Rinjani, ditempuh dengan perjalanan yang terus menanjak
melewati hamparan pemandangan yang indah. Di puncak ketinggian sebelum mencapai
Desa Sembalun para pengunjung yang telah berkendaraan lebih dari dua jam dari
Kota Mataram sering melepas lelah sembari menikmati pemandangan perbukitan dan
hamparan persawahan merupakan salah satu tempat favorit untuk berfoto.
Menikmati
udara dingin Sembalun, yang dilingkari kabut dan yang kadang mendadak datang
adalah cara lain menikmati hidup. Damai, tenang dan tenteram. Dingin yang
menusuk dan terasa merepotkan justru menawarkan kenikmatan alam yang luar
biasa. ”Berada di ketinggian 1200 meter dari permukaan laut, suhu rata-rata
Sembalun 19 derajad dengan suhu terendah bisa mencapai 4 derajad celsius
sekitar bulan Agustus,” ungkap Abdurrahman Sembahulun (55), tokoh masyarakat yang
juga mantan Kepala Desa Sembalun.
Jarak
tempuh lebih-kurang 2,5 jam perjalanan dari Mataram menuju Sembalun tidak
terasa, meski berkelok-kelok dan naik-turun perbukitan, mengingat sepanjang
perjalanan alam kaki Gunung Rinjani menawarkan pesonanya yang alami dan
bersahaja. Kendaraan-kendaraan pribadi tampak berhenti di beberapa titik indah
ruang alam tersebut. Sejenak orang-orang turun dari kendaraan untuk menghisap
segarnya udara pegunungan atau memotret pesona pegunungan.
Sebagai gerbang terdekat untuk mencapai puncak Rinjani, Sembalun hingga kini
masih menawarkan suasana desa yang alami. Sentuhan modernisasi tidak tampak
berlebihan di tempat ini. Masyarakatnya yang ramah, sederhana dalam kehidupan
yang bersahaja sebersahaja alam yang dihadiahkan pada mereka. Namun, Sembalun
bukan desa terpencil yang terisolir, karena sejauh ini komunikasi dan
transportasi terbilang cukup lancar.
Mengingat
desa ini menerima limpahan banyak pendaki dan wisatawan yang hendak menaklukkan
dan menikmati Gunung Rinjani, masyarakat Desa Sembalun tampaknya paham betul
apa yang harus mereka lakukan. Secara umum, terutama mereka yang langsung ada
dalam lingkaran mata rantai wisata dengan minat khusus ini, seperti pemandu
(guide) atau pengangkut barang (porter), selalu menjaga keaslian dan
kelestarian alam Sembalun dan kawasan Gunung Rinjani karena merekalah ujung
tombak pembangun citra positif Gunung Rinjani. Penduduk Sembalun telah menekuni
dua profesi ini sejak dulu.
Masa
ramai kunjungan ke Gunung Rinjani, Juni dan Juli. Puncaknya terjadi Agustus.
Tiap tahun, setidaknya tiga bulan, yakni Januari, Februari dan Maret, kawasan
ini ditutup mengingat cuaca yang tidak memungkinkan. Dalam masa penutupan
pendakian, pilihan berwisata lain bisa dilakukan di Sembalun.
Di sana
ada atraksi unik memanggil sapi dengan garam, memanggil burung, wisata
jalan-jalan seputar Desa Sembalun, memetik kopi dan cokelat, bisa juga
melakukan hiking melewati perkebunan di Sajang sembari menghirup aroma harum
vanila menuju air terjun awet muda, atau berkunjung ke Desa Beleq yakni desa
cikal bakal desa Sembalun dan lainnya.
Berbagai peninggalan
bersejarah dan bukti peradaban di Sembalun, seperti keris pusaka dan Kitab
Alquran kuno bertulis tangan setidaknya masih terdapat tujuan buah dari
Kedatuan Sembah Ulun (sebagai cikal bakal nama Sembalun). Terdapat pula naskah
kuno lontar yang membuktikan bahwa Sembalun jauh sebelum ini memiliki tradisi
sastra lisan. Dan, beberapa peninggalan lainnya. Sungguh, Sembalun dikaruniai
alam yang indah menakjubkan, bukan hanya gunung dan alam melainkan juga
menyodorkan sejarah peradaban yang tinggi.
Berkunjung ke Desa Sembalun
bisa menjadi salah satu pilihan berwisata murah. Beberapa penginapan
tradisional yang dikelola masyarakat harga sewanya murah dan terjangkau.
Rumah-rumah tradisional khas Sasak berupa berugak-berugak lengkap dengan kamar
tidur yang terletak di atasnya. Salah satu tempat yang menawarkan lokasi
penginapan tradisional ini adalah Bale Geleng di lokasi bekas kedatuan Sembah
Ulun. Harga sewa Rp 50.000 – Rp 100.000 sehari.
Tempat yang unik ini ditata
di sebuah lokasi seperti perbukitan yang dipenuhi ratusan jenis tanaman obat
dan bunga-bunga. Dari sini, puncak Rinjani dapat dinikmati jelas dari tempat
ini. Kera-kera hitam bergelantungan di sekitar penginapan yang asri. Menurut
Sembah Ulun, salah seorang keturunan dari Kedatuan Sembah Ulun, berugak-berugak
yang dipakai sebagai tempat penginapan ini sebagian besar berusia ratusan tahun
yang merupakan peninggalan dari Kedatuan Kembah Ulun. Hanya beberapa berugak
yang sempat diganti kayunya ketika Sembalun diterpa angin kencang beberapa
waktu lalu. Selain dipakai sebagai penginapan bagi para pendaki Rinjani, Bale
Geleng kerap dipakai sebagai tempat berlibur. Bale Geleng juga menyiapkan
makanan-makanan khas Sasak yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan dengan
harga yang terjangkau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar