TGH. Mahsun (Masbagik) dilahirkan di desa Danger, kecamatan
Masbagik, kabupaten Lombok Timur pada tahun 1907 M. Nama kecil beliau adalah
Ahmad. Nama tersebut diberikan oleh orang tuanya, H. Mukhtar dan Hj. Raodah.
Kelahiran putera yang satu ini sangat menggembirakan hati kedua orang tuanya,
mereka berharap kelak anaknya akan sangat berguna dalam membina dan
mengembangkan ajaran agama Islam.
Sejak masih kecil beliau banyak belajar membaca
al-Qur’an dan mempelajari dasar-dasar agama dari orang tuanya. Pada usia 8
tahun beliau masuk Sekolah Rakyat dan melanjutkan pendidikannya ke Ibtidaiyah.
Kerasnya didikan orang tua berdampak positif terhadap Ahmad sehingga pada masa
kanak-kanak Ahmad telah memperlihatkan keberanian, kejujuran, dan bakat
kepemimpinan.
Setelah cukup dewasa ia banyak belajar tauhid, fiqh,
dan lain-lain, pada ulama-ulama ternama seperti TGH. Saleh Hambali (Bengkel)
dan TGH. Badarul Islam (Pancor). Untuk lebih meningkatkan pemahamannya terhadap
ilmu-ilmu agama beliau pun kemudian belajar ke Mekah dan menempuh pendidikan
selama 4 tahun terhitung sejak tahun 1936 M sampai dengan 1940 M. Setelah
pulang dari Mekah beliau banyak memberikan pembinaan dan pengembangan agama
Islam kepada masyarakat hampir di berbagai tempat di seluruh Lombok Timur.
Lembaga pendidikan yang berdiri berkat jasa-jasa
beliau adalah Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ummah (Yadinu) dan Al Ijtihad di
Danger. Kedua lembaga pendidikan tersebut sampai sekarang masih eksis. TGH.
Mahsun termasuk salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam
pasukan Banteng Hitam. Beliau memimpin Masbagik saat penyerangan Belanda di
kota Selong, bergabung dengan pasukan dari Lendang Nangka (H. Jumhur Hakim) dan
pasukan dari Pringgasela (TGH. Muhammad). Pada saat penyerangan tersebut,
gugurlah pahlawan-pahlawan yang sangat kita banggakan antara lain: TGH.
Muhammad, Sayid Saleh (Pringgasela), TGH. Faesal saudara dari TGH. Zaenuddin
Abdul Majid (Pancor).
DALAM MENEGAKKAN AJARAN AGAMA ISLAM
A.
Kepribadian Tgh Mahsun
TGH Mahsun memiliki nama kecil Ahmad
dilahirkan pada tahun 1907 Masehi tepatnya di Desa Danger, Kecamatan Masbagik,
Kabupaten Lombok Timur. Ahmad dilahirkan dari pasangan Haji Mukhtar dan Hajjah
Raodah. Haji Mukhtar sendiri pernah kawin sampai 4 (empat) kali. Adapun
istri-istri dan putra-putri Haji Mukhtar sebagai berikut :
1. Pernikahan dengan Inaq Tanah
mempunyai anak Maenah
2. Pernikahannya dengan Hajjah Raodah
mempunyai anak bernama Ahmad (TGH Mahsun)
3. Pernikahan dengan Inaq Husni mempunyai
anak bernama Nikmah
4. Pernikahan dengan Inaq Anwar
mempunyai anak antara lain Haji Akil Mukhtar, Kamaruddin, Nikmah, dan Huzaenah
Karakter dari orang tua Ahmad adalah
sosok yang tekun, rajin, selalu memuliakan para ulama, orang-orang shaleh dan
penuh perhatian terhadap keluarga. Kelahiran putera (Ahmad) sangat menggembirakan
hati dan beliau berharap kelak Ahmad akan tumbuh menjadi seorang yang dapat
memberikan pengajian kepada masyarakat. Obsesi Haji Mukhtar untuk menjadikan
Ahmad sebagai putra yang dapat mengembangkan ajaran Islam dan membangun
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, sangatlah beralasan karena situasi dan
kondisi pada waktu itu, amat sangat membutuhkan figur kharismatik.
Sejak masih kecil, Ahmad telah memperlihatkan sifat-sifat kepemimpinan ; rajin, tekun, sabar, pemberani dan pemurah, maka tidaklah mengherankan ketika masih kecil Ahmad memiliki teman-teman yang banyak. Hidup dalam belaian kasih sayang orang tua dan ekonomi yang berkecukupan tidaklah menjadikannya sebagai seorang yang angkuh dan sombong. Bahkan dalam lingkungan keluarga Haji Mukhtar memberikan pendidikan dasar-dasar agama Islam. Dan sebagai wujud perhatiannya kepada para ulama, orang-orang shaleh beliau menyerahkan Ahmad kepada guru ngaji di kampong
Sejak masih kecil, Ahmad telah memperlihatkan sifat-sifat kepemimpinan ; rajin, tekun, sabar, pemberani dan pemurah, maka tidaklah mengherankan ketika masih kecil Ahmad memiliki teman-teman yang banyak. Hidup dalam belaian kasih sayang orang tua dan ekonomi yang berkecukupan tidaklah menjadikannya sebagai seorang yang angkuh dan sombong. Bahkan dalam lingkungan keluarga Haji Mukhtar memberikan pendidikan dasar-dasar agama Islam. Dan sebagai wujud perhatiannya kepada para ulama, orang-orang shaleh beliau menyerahkan Ahmad kepada guru ngaji di kampong
B.
Pengembaraan TGH Mahsun dalam
Menuntut Ilmu
Setelah menempuh pendidikan non
formal yaitu belajar membaca Al Qur’an, ia memasuki lembaga pendidikan formal.
Pada usia 8 tahun, Ahmad masuk pada Sekolah Rakyat. Guru-guru sangat senang
dengan sifat dan sikap pribadi Ahmad. Waktunya dihabiskan untuk belajar. Berkat
ketekunan, kedisiplinan dan kecerdasannya Ahmad menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Rakyat. Harapan untuk peningkatan perkembangan pendidikan Ahmad, orang
tuanya kemudian melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Ibtidaiyah. Di Madrasah
Ibtidaiyah, Ahmad sangat menyenangkan hati para gurunya (ustadz) karena sopan
santun dan budi pekerti yang baik, serta rajin dalam mengerjakan tugas-tugas
yang dibebankan.
Motivasi Ahmad untuk terus
mendapatkan pendidikan semakin meningkat, setelah menyelesaikan pendidikan di
Ibtida’yah beliaupun kemudian berangkat untuk melanjutkan pendidikannya di
Bengkel Lombok Barat. Beliau diajar oleh seorang tokoh dan ulama besar TGH
Muhammad Shaleh Hambali yang sudah sangat terkenal pada masa itu. Ahmad belajar
ilmu-ilmu Tauhid, Usul Fiqh, dan lain-lain. Dalam belajar di Bengkel beliau
terus mengkaji masalah-masalah agama, jika tidak diketahui, beliaupun segera
mempertanyakan tanpa harus malu, maka tidaklah mengherankan kalau kemudian
beliau mendapatkan pengakuan sebagai murid yang terbaik. Oleh karena itu, TGH
Muhammad Shaleh Hambali pernah berpesan “cukuplah yang menjadi wakil saya di
Lombok Timur TGH Mahsun (Ahmad), jika ada masalah bertanyalah padanya (TGH
Mahsun)”.
Selain itu beliaupun (TGH Mahsun)
banyak belajar pada Tuan Guru Badarul Islam Pancor. Untuk memperdalam ilmunya
iapun berangkat ke Makkah Al Mukarromah pada tahun 1936 M dan kembali ke Tanah
Air pada tahun 1940 M. Selama beliau di Mekah beliau terus berguru dan belajar
pada ulama-ulama terkenal dan Imam Masjidil Haram. Selama 4 tahun di Makkah,
banyak ilmu-ilmu agama yang diperoleh. Pengembaraannya di Makkah menjadi
bekalnya untuk memberikan dakwah pengajian di masyarakat.
C.
Kiprah Dan Perkawinan TGH Mahsun
Sepulang dari Makkah ia memberikan
pengajian dengan sistem Khalaqoh. Keberhasilannya dalam memberikan dakwah
Islamiyah di Lombok, sangatlah mencengangkan karena dalam waktu singkat
berbagai dakwah dilakukan di berbagai tempat di pulau Lombok, seperti Masbagik
(kecamatan tempat lahirnya), Banok, Sukaria, Suela, Sembalun, dan Bayan (Lombok
Barat). Untuk melaksanakan dakwahnya tidak jarang dilakukan dengan menunggang
kuda seperti ke Sembalun. Keberhasilan ini ditunjang oleh strategi dan prinsip
pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan dakwah, antara lain:
1. Menyenangkan para jama’ah bukan
kemudian menakut-nakuti dan tidak mempersulit
2. Setelah selesai memberikan materi
biasa dilanjutkan dengan materi tanya jawab sesuai dengan kebutuhan para
jama’ah,
3. Setiap jama’ah yang datang
berkunjung ke rumahnya, selalu dterima dengan sikap dan etika ketimuran
4. Tidak pernah menuntut imbalan dalam
setiap dakwahnya sehingga tidak merepotkan para jama’ah,
5. Memperhatikan pentahapan materi
dakwah dan memperhatikan volume jama’ah yang menghadiri pengajian,
6. Terbuka dan transparan, apabila
tidak diketahui suatu hukum beliau tidak menyampaikannya atau dan meskipun ia
mengetahui hukum yang ditanyakan oleh para jama’ah dengan rela dan rendah hati
kemudian menyerahkannya kepada muridnya sebagai tanda penghargaan,
7. Memilih kata yang tepat dalam
berdakwah, beliau sangat memperhatikan tingkat kejenuhan para jama’ah sehingga
disela-sela pengajian ia memberikan humor yang agamais.
TGH Mahsun selama menjalankan dakwah
Islamiyahnya didampingi oleh istri-istrinya tercinta. Beliau pernah menikah
sampai 9 (sembilan) kali dan memiliki banyak keturunan. Adapun istri-istri dan
putra-putri beliau dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pernikahannya dengan Inaq Badri
alias Kalsum, alias Hajjah Raodah mempunyai putra-putri antara lain :
a. TGH Marzuki Mahsun,
b. Abdul Hanan (Bapak Uhip),
c. Zohrah (Inaq Qazuini),
d. Joharah (Inaq Iftihar),
e. Muslihun (Inaq Nurul Azmi),
f. Mulkiah,
g. Faizah,
h. Asnawi.
2. Pernikahannya dengan Inaq Syaraf
(Inaq Eseq) mempunyai anak :
a. Bapak Zaki,
b. Haji Nasrin Mukhtar
3. Pernikahannya dengan Hajjah Selamah
dari Dasan Ma’alan tidak memiliki keturunan
4. Pernikahannya dengan Inaq Muslihin
mempunyai anak bernama Muslihin (almarhumah)
5. Pernikahannya dengan Hajjah Rahmah
tidak memiliki keturunan
6. Pernikahannya dengan Inaq Ridwan
(Kalsum) memiliki putra-putri antara lain :
a. Haji Ahmad Wildan Mahsun (almarhum),
b. Ahmad Rifa’i (almarhum),
c. Hamdiah,
d. Hajjah Faoziah
7. Pernikahannya dengan Hajjah Wardiah
mempunyai putra-putri antara lain :
Ihsan (almarhum,
a. Muhammad Lutfi,
b. Haji Wahibullah SIP,
c. Haji Miftahul Hadi, SH,
d. Muhimmah,
e. Ahmad Nizam
8. Pernikahannya dengan Hajjah Mahmudah
mempunyai putra-putri antara lain :
a. Muzmah,
b. Zulfaiyah,
c. Nahdiyah,
d. Hauliyah
9. Pernikahannya dengan Hajjah Nur
Asmah (Pontianak) mempunyai putra-putri antara lain :
a. Hajjah Nurjannah,
b. Hajjah Nurhasanah,
c. Muhammad Farhi,
d. Solehah, S.Pd.,
e. Dra Zakiah,
f. Huliyah,
g. Narjus Safa’ah,
h. Daman Huri,
i.
Nurul
Hawalis (almarhum)
D.
Karya Dan Peninggalan TGH Mahsun
Gerakan-gerakan TGH Mahsun dalam
mengembangkan dan memberikan pelajaran Agama Islam bukan hanya kepada orang
tua. Beliaupun bergabung dalam Organisasi Nahdlatul Ulama dan pada tahun 1936
Masehi mendirikan Lembaga Pendidikan Diniyah. Lembaga pendidikan tersebut
didirikan bersama tokoh-tokoh seperti TGH Muhammad Zen (Bangket Kebon atau
Kebun Lauq), TGH Hasbullah Polak Penyayang, TGH Achsit Muzahar Bila Sundung,
TGH Abdul Hakim, TGH Muhammad.
Perkembangan selanjutnya beliau
mendirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang kemudian dilebur menjadi
Madrasah Wajib Belajar (MWB). Pada tahun 1968 keluar dari Organisasi Nahdlatul
Ulama membentuk organisasi yang berdiri sendiri yang diberi nama Organisasi
Rabhitah. Selanjutnya dalam organisasi tersebut membentuk wadah Yayasan
Pendidikan Nahdlatul Ummah (Yadinu). Yang kemudian Madrasah Ibtidaiyah Yadinu
(sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Yadinu di Masbagik Selatan).
Alhamdulillah berkat jasa-jasanya, sampai saat ini berkembang lembaga-lembaga
pendidikan dalam wadah Organisasi Yadinu dan Al Ijtihad.
TGH Mahsun tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, beliaupun juga terjun menumpas para penjajah bangsa. TGH Mahsun adalah tokoh pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Pasukan Banteng Hitam. Beliau memimpin Masbagik saat penyerangan Belanda di Kota Selong, bergabung dengan pasukan dari Lendang Nangka (H. Jumhur Hakim) dan Pasukan dari Pringgasela (TGH Muhammad). Pada saat penyerangan tersebut, gugurlah pahlawan-pahlawan yang sangat kita banggakan antara lain ; TGH Muhammad, Sayid Saleh (Pringgasela), TGH Faesal saudara dari TGH Zaenuddin Abdul Majid (Pancor).
TGH Mahsun tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, beliaupun juga terjun menumpas para penjajah bangsa. TGH Mahsun adalah tokoh pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Pasukan Banteng Hitam. Beliau memimpin Masbagik saat penyerangan Belanda di Kota Selong, bergabung dengan pasukan dari Lendang Nangka (H. Jumhur Hakim) dan Pasukan dari Pringgasela (TGH Muhammad). Pada saat penyerangan tersebut, gugurlah pahlawan-pahlawan yang sangat kita banggakan antara lain ; TGH Muhammad, Sayid Saleh (Pringgasela), TGH Faesal saudara dari TGH Zaenuddin Abdul Majid (Pancor).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar