120791

O N Y | حب الوطن

KETIK KUDA, BESILOA’AN ATAU SELODOR



Permainan Ketik Kuda atau yang populer dikenal dengan nama Ketik Bawi adalah salah satu permaian tradisional daerah Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat. Permainan ini baru dikenal oleh masyarakat Sukaraja-Ampenan Utara kabupaten kota mataram dan masyarakat Lombok Tengah.





A.       ASAL-USUL
Permainan tradisional adalah permainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan biasanya mengandung nilai-nilai positif (JC. Bishop & M. Curtis, 2005). Permainan tradisional memuat sejumlah aspek manfaat bagi perkembangan mental dan fisik seseorang.Aktifitas bermain mempunyai fungsi dalam aspek fisik, motorik kasar dan halus, perkembangan sosial, emosi dan kepribadian, kognisi, ketajaman penginderaan, mengasah ketrampilan, dan lain-lainnya. (MS Tedjasaputra, 2001).
Ketik Kuda, salah satu permainan tradisional daerah Lombok, merupakan permainan anak-anak yang dapat dimainkan oleh golongan masyarakat mana pun. Selain bersifat menghibur, permainan inipun mengandung unsur kependidikan, karena menuntut ketelitian, kecekatan,keterampilan dan kejelian mata untuk menghidar dari ketik/kibasan ekor kuda yang di buat dari kain sarung yang dililitkan pada pinggang pemain yang “Jadi”. Di samping itu,permainan ini pun dapat mengajarkan kehati-hatian dan kecepatan.

B.       ALAT PERMAINAN
Permainan ini hanya membutuhkan peralatan sederhana seperti kain sarung, katuk (pecahan genteng) dan tempat bermain yang agak luas. Permainan ini juga tidak perlu diiringi musik maupun alat lainnya. Biasanya permainan ini diramaikan oleh bunyi sorak dari anak-anak yang bermain, maupun sorak dan tawa anak-anak yang menonton.

C.       PESERTA PERMAINAN
Jumlah peserta/pelaku dalam permainan ini paling sedikit 3 orang anak, dan paling banyak tidak terbatas. Usia para peserta/pelaku paling sedikit 6 tahun dan paling tua biasanya berumur 15 tahun.Permainan ini dapat dimainkan oleh kedua jenis kelamin, namun bisa juga dimainkan sesama anak perempuan ataupun sesama anak lelaki, jadi tidak mengenal perbedaan jenis kelamin.

D.       ATURAN/CARA PERMAINAN
Sebelum permainan dimulai, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu, diantaranya adalah : Menentukan lapangan tempat bermain, selanjutnya anak-anak diminta untuk membuat lingkaran besar di tanah dengan kapur, dimana semua peserta permainan bisa bergerak di dalam lingkara dan satu lingkaran kecil tempat mengumpulkan katuk (pecahan genteng) yang akan di jaga oleh pemain yang “Jadi” dan akan diambil oleh pemain lainnya
Para pemain melakukan Hom Pim Pa / Suten untuk menentukan siapa yang “Jadi”. Setelah ditentuka, maka yang “Jadi” dipakaikan kain sarung dengan satu ujungnya di tarik ke bagian belakang pemain yang “Jadi” dan dipegang oleh pemain lainnya.Kain ditarik hingga ujung depannya menempel pada dada pemain yang “Jadi”, Kemudian pemain yang “Jadi” menggulung-gulungkan kain hingga terkumpul dibagian pinggang dan hingga bagian belakang kain melilit dengan bentuk menyerupai ekor.
 Aturan permainan; Mula-mula pemain “Jadi ” berdiri di dekat lingkaran kecil dengan posisi “berjaga-jaga” agar katuk (pecahan genteng) tidak terambil oleh pemain lain. Sedangkan pemain yang lain berdiri agak jauh dari pemain yang “Jadi “, namun tidak boleh keluar dari garis batas lingkaran dan waspada agar tidak terkena ketik/kibasan ekor kuda pemain “Jadi”.Jika ada yang melewati/keluar dari batas garis lingkaran, maka ia akan menjadi pemain “Jadi”. Ketika aba aba –Mulai- diperdengarkan, para pemain segera berlomba mengambil katuk/pecahan genteng yang tengah dijaga oleh pemain “Jadi’.Dan pemain “Jadi” berusaha menjaga katuk (pecahan genteng) dengan mengetikkan/mengibaskan ekornya agar mengenai pemain yang lain.Bila ada yang terkena, maka si “Jadi” akan tergantikan posisinya.

E.       ASPEK-ASPEK YANG DIKEMBANGKAN
1.        Moral Agama
2.        Motorik kasar dan halus
3.        Sosial Emosional
4.        Kognitif
5.        Bahasa

1 komentar:

Unknown mengatakan...

6333
Motorik kasar dan halus tu mksdnya apa ya pak???