Beliau adalah Muhammad Ali Batu Bangke Ilang Sabil
yang oleh para sejarawan lokal maupun Belanda dianggap sebagai tokoh paling
kharismatik sepanjang sejarah perjuangan rakyat Lombok, pemersatu masyarakat
khususnya umat islam baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata dari
perpecahan dan juga sebagai pejuang dalam perang melawan kekuasaan penjajahan
Hindu-Bali di Lombok.
Dengan kharisma beliau yang luar biasa saat itu telah
menjadi modal utama dalam mempersatukan semua kalangan yang ada di Lombok yang
terkenal sangat sulit untuk diwujudkan dan kemudian membawa mereka kepada satu
tujuan yaitu perjuangan suci. Keretakaan-keretakan hubungan masyarakat Lombok
yang ada tersebut tidak lepas dari keterbelakangan dan adanya perasaan yang
selalu ingin menang sendiri di antara mereka. Tengtang keadaan ini dapat
diketahui dari Babad Lombok, Babad Selaparang, Babad Sakre-Karang Asem dan
beberapa laporan dari pemerintah Belanda, antara lain:
A. Tentang kharisma beliau yang luar
biasa itu dapat diketahui dari sebuah laporan pemerintah Belanda yang
menjelaskan sebagai berikut: “Di tanah ini (Lombok), Haji Muhammad Ali
menebarkan benih thoriqotnya.......(yang menurut catatan Belanda disebut dengan
“ Sekte Nakasabandrija)”. Orang-orang berdatangan kepada Mohammad Ali di Sakre
minta dibiat masuk thoriqotnya, kaum bangsawan dan juga rakyat jelata
menganggap suatu keberuntungan apabila diperboleh bergabung dalam barisan para
murid yang melakukan ziarah ke tempat kediaman sang guru suci (Laporan Belanda,
Minggu 28-10-1897 s/d 4-11-1897 (KV 28-11-1896,V19, hal 26-28).
B. Tentang ketolol-tololan dan
keterbelakangan pemikiran yang membut orang Sasak saat itu selalu
terpecah-belah pada khususnya dapat di ketahui dari Babad Selaparang babad
sakre-Karang Asem. “Terkisahkan sekarang di Bali, sudah siap lengkap perbekalan
dan senjata, para Gusti di perintahkan untuk mencari kapal layar tempat bekal
mesin dan peluru. Ada bantuan dari Tabanan, Buleleng, dan Mangwi juga ikut
membantu. Begitulah ceritnya (persiapan itu) sangat baik, kata musyawarah itu, “Raja
Sasak itu semuanya tolol” (Babad Selaparang Bait; 451) “Mule meno kelampan
Sasak, ndarak pade mele ngasorin, mele mesak-mesak, kewastuan pade cerengeh,
marak beberas pesiaq tetolang, ndarak pade likat mudi ” (Babad Sakre-Karang
Asem)
C. Tentang kepahlawanan beliau dan
cita-cita perjuangannya yang suci dapat disimak dalam laporan Van Der Krann
(1980) yang mengutip pokok-pokok pembahasan Neeb & Asbeck Brusse pada tahun
1897 dan dalam Babad Lombok II. “Pada tahun 1891 orang Muslim dari suku Sasak
di Lombok melakukan pemberontakan terhadap pemerintah raja Bali (Anak Agung
Ngurah Karang Asem). Ini bukanlah pemberontakan yang pertama, tetapi memeang
yang paling dahsyat. Berbeda dengan sebelumnya, maka pemberontakan kali ini
tidak dapat di padamkan. Pemberontakan ini telah menyababkan berakhirnya
setengah Abad kekuasaan Bali di Lombok dan mengundang campur tangan Belanda.
”(Van Der Krann) Sedangkan dalam Babad Lombok II dilukiskan tentang tujuan
perjuangan suci itu sebagai berikut : “ Mun kesukaq Allah luih, Te beriuk
ngiring Tuan Guru, Turut perang sabil andang Bat, Mun te pade menang lemaq, Ite
pade, ndek te buring te pegisiq, Rakse, dese, dasan te iriq, Petin kebon
bangket te kawih ndidik anak jari, Gen payas gumi Selaprang seseniq. Secara
terperinci tentang sejarah kepahlawanan beliau ini dapat di baca dalam Babad
Sakre-Karang Asem. Babad ini belum lama berselang diterbitkan oleh Yayasan
Kerta Raharja di Sakra, berupa stensilan dengan catatan-catatan singkat oleh L.
Djelenge.
Adapun khusus tentang sejarah perjalanan keguruan
beliau dalam tashawuf (thoriqot), maka dapat disimak dari kiah yang dituturkan
oleh Bapak.Guru.Syekh Abdusshomad Habibullah sebagai berikut: Sejarah keguruan
Muhammad Ali berawal dari mimpi, dimana beliau dalam mimpi itu bertemu dengan
Baha’uddin al-Naqsyabandy atau dalam dialek (penyebutan) masyarakat Sasak
dikenal dengan nama Syekh Ba’idin yang memerintahkannya untuk melakukan suatu
pelayaran ke Mekkah dengan membawa perbekalan berupa 160 biji paku, sebuah palu
dan sebuah sabuk Saje sepanjang 40 Depa (40 Meter). Sampai pada mimpi yang
ketiga beliau belum juga melaksanakan perintah mimpi itu hingga akhirnya pada
mimpi yang keempat beliau baru berlayar dengan ditemani oleh seorang sahabatnya
yaitu Guru Adam dari desa Aik Mual Praya. Dalam perjalanannya, beliau
menghadapi berbagai rintangan yang menyebabkan perahunya pecah. Guru Adam
dengan susah payah menyelamatkan diri dan akhirnya terdampar di desa Pengantap
Sekotong, sedangkan beliau juga berhasil menyelamatkan diri karena menemukan
pohon Paok Jenggik ( Paok ; Mangga ) yang tumbuh di tengah lautan. Kemudian
teringat dengan bekal yang ada, beliau pun mulai memanjat dengan menggunakan
paku yang dibawanya hingga menghabiskan 100 biji paku.
Setelah sampai di atas pohon itu, beliau melihat
buahnya yang hanya berjumlah satu biji. Namun mendadak seketika itu seekor
burung Garuda datang dengan cepat dan memakan buah mangga itu hingga
setengahnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan, beliau segera bersembunyi dan
sangat hati-hati beliau mengeluarkan sbuk saje kemudian mengikat dirinya di
kaki burung itu. Karena burung itu hanya memakan setengahnya saja, beliau
berfikir. ”Di sini tidak ada yang bisa saya makan kecuali buah ini”. Buah itu
pun di makannya hingga dirasa cukup sekedar untuk mengganjal perut. Setelah
burung itu terbang jauh hingga sampai ke tengah hutan yang dalam dialek Sasak
disebut dengan hutan Serandik yang ada di negeri Mesir. Beliau melepaskankan
ikatan sabuknya untuk segera turun sebelum burung itu sadar dan melihatnya.
Malang baginya, di tengah hutan itu beliau di kepung sekawanan binatang buas
(srigala) yang menyebabkan harus segera menyelamatkan diri dengan memanjat
sebatang pohon dengan menggunakan sisa 60 biji paku yang dibawanya. Setelah
beberapa saat, seekor srigala yang merupakan raja sekawanan srigala itu segera
memanggil srigala-srigala lainnya dan kemudian beramai-ramai mengencingi batang
pohon itu sehingga membuat batangnya menjadi goyang. Melihat kondisi tersebut
dengan cepat beliau mengikat kerisnya pada ujung sabuk saje dan menjatuhkannya
ke mulut srigala hingga akhirnya binatang itu mati. Melihat rajanya mati, serta
merta yang lainnya ketakutan dan segera melarikan diri. Dengan perasaan lega
dan penuh rasa syukur yang mendalam beliau segera turun untuk menguliti
binatang itu hingga kulitnya dapat dijadikan sebagai pakaian penghangat.
Diperjalanan selanjutnya beliau melewati sungai Nil,
terdapat tempat di sungai itu yang airnya dapat dapat mengubah segala benda
yang jatuh didalam membatu (keras bagaikan batu). Hal terbusebut beliau menjadi
takut dan ragu untuk menyebrang. Beliau tudak berputus asa, segera di ambilnya
debu untuk bertayamum dan kemudian melaksanakan sholat sunat. Usai sholat
beliau berdo’a mohon kepada Allah SWT. agar segera di pertolongan dari
kesulitan yang dihadapinya. Allah SWT. mengabulkan do’anya dengan menurunkan
hujan badai dahsyat yang menyebabkan sebatang pohon besar tumbang dengan posisi
melintang seperti sebuah titian di atas sungai itu. Dengan hati-hati beliau
berjalan di atas pohon yang tumbang itu dan berhasil melewati sungai terebut.
Namun karena rasa penasaran dengan apa yang di lihatnya, beliau mencoba untuk
membuktikan dengan mencelupkan jari telunjuknya kedalam sungai.Dengan kekuasaan
Allah SWT. Jari beliau segera berubah membatu (menjadi keras bagaikan batu) dan
oleh karena jari yang telah membatu inilah akhirnya gelar Muhammad Ali “ Batu “
dinisbahkan kepadanya.
Singkat cerita sampailah beliau di sebuah desa di
negeri Mesir dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya. Oleh
masyarakat setempat beliau kemudian diarak ke istana Raja (Sulthon). Karena
Sulthon tertarik dengan kulit binatang yang dibawanya, maka dibelinya kulit
binatang itu seharga dengan empat kantung uang dengan maksud untuk dijadikan
jimat.
Di desa itu beliau menginap di rumah seorang penghulu
agama yang menceritakan kepadanya bahwa Syekh yang selama ini bekiau cari itu
pada tiap tiga tahun sekali datang berkunjung ke desa tersebut dengan rupa yang
berbeda-beda dan itulah sebabnya mengapa ketika beliau datang ke desa itu di
sambut dan diarak ke istana raja.Hal itu tidak lain karena beliau dianggap sang
Syekh.Penghulu itu juga menambahkan bahwasanya Syekh tersebut kini sedang
melakukan suluk di Jabalil Asir (gunung Asir) yang terletak di negeri Yaman.
Setelah mendengar cerita itu, Muhammad Ali mohon agar
diantarkan ke tempat tersebut. Penghulu itu menjawab bahwa ia tidak berani
pergi ke tempat dimana Syekh berkhalwat. Kemudian Muhammad Ali berkata:”Bila
anda tidak berani (sanggup) ke tempat itu,maka cukuplah anda tunjukan dimana
arah menuju tempat itu.”Oleh penghulu itu permintaan beliau dikabulkan.
Kemudian meraka pun melakukan perjalanan ke tempat
tujuan.Ketika mereka telah dekat,penghulu itu kemudian menunjukan tempat yang
oloeh Muhammad Ali merupakan tempat yang tidak asing lagi baginya disebabkan
beliau beberapakali melihatnya di dalam mimpi.Dan sebagai tanda terima kasihnya
atas pertolongan penghulu yang telah menunjukan tempat itu,beliau menghadiahkan
kepadanya seluruh uang (yang empat kantung) tanpa tersisa sedikitpun. Ini
merupakan I’tibar (contoh) bahwa ilmu hakikat adalah ilmu yang tidak ternilai
dan juga tidak bisa ditukar atau dibandingkan dengan harta berapapun banyaknya
walau hanya sekedar ditunjuki tempat menututnya saja, apa lagi sampai dapat
menerimanya. I’brah ini hendak menjadi renungan bagi setiap jama’ah untuk terus
bersyukur kepada Allah SWT.karena tidak semua orang mampu berfikir akan
tingginya ilmu ini dan juga tidak semua orang sanggup menghargainya sebagaimana
Muhammad Ali telah menghargainya.
&nbs ; Setelah itu beliau pun bertemu dengan Syekh Ba’idin dan langs ng mengucapkan salam kepadanya.Namun beliau sangat terkejut,sesampai di hadapan Syekh Ba’idin beliau bukannya mendapat sambutan sebagaimana yang diharapkan,malah ebaliknya dapat makian.Syekh Ba’idin bertanya:”siapa yang menyuruhmu kesini menemui saya ? Muhammad Ali menjawab : “Anda wahai Syekh.” Kemudian setelah itu oleh Syekh Ba’idin beliau dipersilahkan untuk segera memasuki ruang Suluk (tempat khalwat / pertapaan).Ketika berada dalam pertapaan itulah ubun-ubun beliau di usap oleh Syekh Ba’idin hingga menyebabkan beliau berteriak-teriak dan merasa ketakutan yang luar biasa karena perlihatkan kepadanya keadaan siksa neraka yang konon saat itu sesaat terasa seperti 70 tahun lamanya.
&nbs ; Setelah itu beliau pun bertemu dengan Syekh Ba’idin dan langs ng mengucapkan salam kepadanya.Namun beliau sangat terkejut,sesampai di hadapan Syekh Ba’idin beliau bukannya mendapat sambutan sebagaimana yang diharapkan,malah ebaliknya dapat makian.Syekh Ba’idin bertanya:”siapa yang menyuruhmu kesini menemui saya ? Muhammad Ali menjawab : “Anda wahai Syekh.” Kemudian setelah itu oleh Syekh Ba’idin beliau dipersilahkan untuk segera memasuki ruang Suluk (tempat khalwat / pertapaan).Ketika berada dalam pertapaan itulah ubun-ubun beliau di usap oleh Syekh Ba’idin hingga menyebabkan beliau berteriak-teriak dan merasa ketakutan yang luar biasa karena perlihatkan kepadanya keadaan siksa neraka yang konon saat itu sesaat terasa seperti 70 tahun lamanya.
Kejadian saat itu telah meninggal bekas yang sangat
mendalam hingga menyababkan beliau menyerah an hidup dan matinya kepada Syekh
Ba’idin untuk mendapatkan bimbingan.Oleh Syekh Ba’idin beliau kemudian di
perintahkan untuk masuk kembali ketempat khalwatnya yang kemudain ditutup
dengan batu dan di tempat itulah beliau tinggal selama tiga tahun.
Sementara beliau berada di tempat khalwatnya
tersebut,di Lombok sahabat beliau Guru Adam kembali melakukan pencarian dengan
tujuan agar dapat memukan beliau hidup atau mati.Namun usaha pencarian itu
hasilnya tetap nihil. Untuk kesekian kalinya allah SWT.menunjukan
kebesaran-nya, setelah berada selama tiga tahun di dalam batu tersebut,
tiba-tiba saja tatkala bangun beliau telah mendapatkan dirinya berada di
rumahnya di desa sakra. Keadaan ini bukan hanya mengejutkan dirinya namun juga
bagi keluarga dan seluruh masyarakat desa saat itu yang secara spontan
membunyikan kentongan tanda bahaya karena mendengar istri Muhammad Ali berteriak-teriak
terkejut bahkan ketakutan tatkala tiba-tiba melihat seorang lelaki tidur di
dalam rumahnya.Hal tersebut dapat di pahami, sebab sebelumnya beliau dianggap
sudah meninggal ketika terdengar kabar perahu yang di tumpanginya pecah, dan
terlebih lagi usaha pencarian yang dilakukan oleh Guru Adam tidak menghasilkan
apa-apa.Keadaanpun kembali tenang setelah beliau menjelaskan kepada masyarakat
semua peristiwa yang di alaminya hingga akhirnya kembali ke desa Sakra.
Selang beberapa waktu di Sakra, tiba-tiba beliau
mendapatkan sepucuk surat dari Ba’idin memerihtahkannya agar kembali berlayar
ke negeri Mekkah dengan pesan apabilah telah mendekati pelabuhan Jeddah nanti
pada hari jum’at tengah hari(sekarang kira-kira pukul 12:00 siang) untuk segera
masuk ke sebuah masjid masjid yang terletak di tengah lautan untuk melaksanakan
sholat jum’at.
Kemudian beliau berangkat dan sampai di tempat itu
pada waktu yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat.Ketika beliau
memasuki masjid,nampak suasana sepi tanpa seorang pun berada didalam.Namun
keadaan tiba-tiba berubah,dalam waktu sekejap entah darimana asalnya jama’ah
yang terdiri dari para waliyullah telqah memenuhi ruang masjid.Kemudian setelah
khutbah jum’at Syekh Ba’idin datang untuk mengimami sholat jum’at dam Muhammad
Ali berdiri tepat di belakangnya.
Usai sholat,para waliyullah secara perlahan kembali
menghilang dan keadaan pun kembali menghilang dan keadaan pun kembali kecuali
beliau dan Syekh Ba’idin.karena khawatir Syekh Ba’idin juga akan meninggalkan
tempat itu,segera beliau ikatkan jarinya ke surban Syekh Ba’idin hinggaketika
sang Syekhhendak meninggalkan tempat itubeliau merasa dad yang menarik
surbannya.Syekh Ba’idin pun tau kalau Muhammad Ali ada berada di belakangnya
dan dengan segera kemudian beliau memanggil kembalijama’ah sholat jum’at (para
waliyullah) untuk berkumpul serta mengumumkan bahwa Muhammad Ali adalah tempat
menutup segala pangajian.dan di masjid inilah Muhammad Ali untuk pertama
kalinya menerima tawajjuh sekligus mandat dari Syekh Ba’idin sebagai Guru ilmu
hakikat.
Singkat cerita,setelah itu beliau berhaji dan kemudian
beliau kembali ke Lombok,untuk memberi pengajian kepada masyarakatdi pulau
Lombok,menegakkan kebenaran memimpin mereka untuk mencapai kemerdekaan dari
tangan penjajahan Hindu-Bali sebagaimana telah dikisahkan.
Dengan damikan,maka hubungan antara Muhammad Ali Batu
dengan Baha’uddin Naqsyabandy bukanlah hubungana keguruan yang bersifat
Barzakhi atau Uwaisy karena pertemuan tersebut bukan dalam wujud ruhani (dalam
ruhani ataupun dalam mimipi),namun pertemuan langsung secara dhohir(nyata)
walaupun sebagaimana telah dikisahkan bahwa jarak kehidupan di antara keduanya
adalah sekitar 500 tahun (Baha’uddin wafat pada tahun 1389 M. Dan Muahammad Ali
pada tahun 1892 M.) dan jalur keguruan seperti ini sangat terjadi dalam sejarah
pada shufi. Adapun jalur seperti di atas dalam sejarah keguruan para shufi
pernah terjadi pada Syekh Abdul Karim al-Jilli dengan Nabi Muhammad
SAW.sebagaimana beliau kisahkan dalam kisahnya al-Insan al-Kamil fii Ma’rifati
Awaakhiri wal Awaalihi menjelaskan : “Suatu ketika saya pernah bertemu dengan
dia dalam bentuk persis seperti Syekh saya Syarafuddin Isma’il
al-Jabarty,tetapi saya tidak mengetahui bahwa dia (Syekh) itu sebenarnya adalah
Nabi Muhammad, karena setahu saya bahwa dia (Nabi) itu adalah Syekh. Ini adalah
suatu penglihatan yang saya dapati di Zabit Yaman pada tahun 796 H (1393
M.).Maka hakikatnya yang ada dalam peristiwa itu adalah bhwa Nabi Muhammad
mempunyai kekuatan unmenampilkan diri dalam setiap bentuk.”Haji Muhammad Ali
Batu sang Guru suci,pemersatu umat danpahlawan pada perang Lombok itu wafat
pada tanggal 15 Maulid 1310 H. Atau bertepatan tanggal 7 Oktober 1892 dalam
suatu pertempuran yang menyebabkan beliau mendapatkan gelar Muhammad Ali Batu “
Ilang Sabil “yang artinya “ Mati syahid “dan dimakamkan di desa Sakra Lombok
Timur.
5 komentar:
Terimakasih atas informasinya semoga Allah SWT Uang Maha Sempurna memberikan kita keindahan serta kebersihan lahir batin ,hidup dan mati dalam iman, Islam dan takwa Aamiin Ya Rabbal Alamin
Subhaanallaah, tetapi beliau mati biasa atau terbunuh ? Mhn jwbn nya
Munkin ini lbh benar
Knp kisah emel yg lain lain pula ceritanya , tk prnh ktmu syeh bahauddin, dr mana mereka mengambil kisah "
Sangat membangun
Mungkin saja terjadi,pada zamannya...
Dan semua atas kuasa Allah swt
Posting Komentar